Sabtu, 20 Februari 2010

Konservasi Alam dan Kesehatan ala Kinari Webb

Pelestarian hutan dan habitatnya tak melulu berkutat pada apa yang ada di dalam hutan itu. Justru dengan gerakan nyata, peduli memperbaiki kualitas hidup masyarakat di sekitarnya, kelestarian hutan bisa terwujud.

Pemikiran inilah yang mendorong dokter asal Amerika Serikat, Kinari Webb (37), mendirikan lembaga nirlaba Alam Sehat Lestari atau Asri yang memberikan pelayanan kesehatan di Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP).

Begitu melangkahkan kaki ke halaman Klinik Asri, sebuah pengumuman terpampang di depan klinik, ”Bisa bayar biaya berobat dengan barang atau kerja di Klinik Asri”. Di bawahnya, terinci kerja yang dimaksud, meliputi bekerja di kebun organik Asri atau di klinik.

Pekerjaan di kebun organik antara lain membuat bedengan, membersihkan rumput, mengisi kantong plastik, menanam bibit, dan menyiram tanaman. Adapun pekerjaan di klinik antara lain mencuci seprai, menyetrika pakaian, membakar sampah, menggulung kapas, dan menyiram bunga. Untuk pekerjaan selama tujuh jam sehari, klinik Asri menghargainya dengan upah Rp 50.000.

Sementara itu, barang yang bisa digunakan untuk membayar biaya pengobatan adalah kotoran ternak, bambu, atap daun, tanaman bunga, ayam, beras, sekam, dedak, cangkang telur, hingga kerajinan anyaman, di antaranya tikar pandan dan bakul. Barang lain yang bisa digunakan untuk alat pembayaran adalah bibit buah-buahan.

”Tak semua orang mampu membayar biaya pengobatan dengan uang, apalagi sebagian besar dari mereka itu masyarakat pedesaan yang kurang mampu. Mereka bisa membayar dengan tenaga atau barang yang dimiliki,” kata Kinari menyampaikan alasannya menerapkan pola pembayaran tak lazim pada era modern ini.

Lantas, mengapa barang yang digunakan untuk membayar juga tak lazim? Ternyata, barang yang bisa dibayarkan itu mendukung program konservasi alam yang dia kembangkan melalui kebun organik. Kotoran hewan dan cangkang telur menjadi pupuk organik. Ayam, dedak, sekam, atap daun, dan bambu digunakan untuk mengembangkan peternakan kecil yang mendukung kebun organik. Adapun bibit tanaman untuk merehabilitasi hutan.

”Klinik bukan program utama. Klinik ini kita pakai untuk program yang lebih besar, yakni konservasi hutan. Klinik menjadi alat untuk memotivasi masyarakat menjaga hutan,” katanya.

Klinik Asri juga mengembangkan sistem insentif bagi masyarakat desa sekitar yang peduli dengan kelestarian hutan. Insentif itu berupa pelayanan ekstra layaknya puskesmas keliling dan memberikan potongan harga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar